Namanya juga kangen, mau gimana lagi?
3-4 Agustus 2018 adalah waktu libur kerja bagi saya dan mendekati weekend juga, saya merencanakan perjalanan ke Bromo sekaligus belajar motret bintang disana. Tapi kok ya gak kayak dulu ya, pas denger kata Bromo antusiasnya gak seberapa lagi karena mungkin udah terlalu sering atau mungkin momentnya gak tepat, atau entahlah. Yang jelas saya merasa kangen aja dengan hawa dingin dan ketinggian. Jadi setelah berdiskusi dengan team perjalan kali ini (aka Ridwan Fathoni) tercetuslah Bukit Lincing, setelah muncul beberapa opsi yaitu Awang-awang Penanggungan dan Kop-kopan Arjuno.
Oke perjalanan dimulai dari Surabaya sekitar pukul 20:30 setelah sebelumnya melakukan persiapan dadakan mulai sore hingga malam yaitu "tumbas tripod karo njupuk tendo". Sampailah di Pos Pendakian Gunung Arjuno Via Lawang, Malang pukul 23:30 setelah beberapa kali mampir mengisi perut dan juga logistik.
Perjalanan dimulai dari menyusuri area Kebun Teh, lanjut Hutan Kaliandra kemudian memasuki daerah Sabana Lincing. Beberapa saat kemudian terlihatlah Shelter yang cukup besar dan itulah Pos II Jalur Pendakian Gunung Arjuno via Lawang, Malang. Tempat ini paling cocok untuk beristirahat karena tak perlu repot membangun tenda kita dapat tidur di Shelter yang cukup hangat walaupun tetap beralaskan tanah saja.
Tapi bukan disini tempat kita, kita akan naik sedikit lagi tetapi gak sampai Puncak Bukit Lincingnya. Ada tempat diantara itu dengan spot yang keren banget menurut saya. Jika kita menghadap depan view Puncak Bukit Lincing dan Ogal Agil, jika menghadap ke belakang, lautan lampu kota Malang yang amat cantik. Jika menengok ke atas, hamparan langit disertai bintang dan bulan hampir sabit menambah indah dan keren malam itu.
Asik kesampaian juga foto bintangnya. Tapi gak ada hasil tanpa perjuangan. Semua ini adalah hasil dari setelah mendaki cukup lama 2,5 jam dengan kekuatan saya, dan masih dihadapkan dengan dinginnya daerah sana. Sudah pakai jaket dobel ditambah kaos di bagian dalam, tetap saja tembus, dinginnya josss. Saat itu pukul 03:00.
Malam semakin menuju akhir dan awal dari sebuah pagi. Kantuk mulai terasa dan dingin semakin menjadi. Hanya tenda dan sleeping bed yag dapat menghangatkan untuk saat ini. Alhasil tidur nyenyak dengan hembusan angin gunung dan embun pagi yang menyapa. Bau pagi rumput basah semakin menambah nyamannya istirahat saya. Terima Kasih Semesta. Alhamdulillah.
Pagi menjelang, sunrise yang tak begitu menggoda karena dinginnya malam masih terasa, ditambah posisi tenda yang tak langsung merangkul sinar matahari, tetapi cukup menawan pagi itu.
Acara selanjutnya kami isi dengan sarapan. Apa lagi kalau bukan mie dan camilan coklat yang menjadi andalah saat pendakian kilat sepeti ini. Sembari ngobrol-ngobrol santai saya dan inot, kantk menyerang kembali sehingga kami putuskan untuk sejenak
tidur sampai jam 9 pagi. Selepas melepas kantuk, kami beres-beres tenda dan packing barang-barang untuk dibawa kembali turun.
Sepanjang perjalanan turun, saya baru sadar dan bisa dengan jelas mengingat jalur perjalanan. Ternyata jalurnya cukup keren sih. Cuma pas treking naiknya kan malam dan karena beberapa kondisi yang membuat saya berjalan sangat lambat, saya sama sekali tak memikirkan seperti apa jalur, yang saya pikirkan hanyalah sampai ke atas, istirahat didalam tenda, memasang tripod dan mengatur timer sesekali menjepret manual.
Jadi mohon maaf sekali mungkin tak ada dokumentasi jalur pendakian ke Bukit Lincing ini. Ada beberapa tapi agak gak sinkron karena pendakian malam tapi foto pas siang. Foto diambil pas perjalanan turun dengan maksud untuk mempermudah penjabaran tulisan. Tapi overall jalurnya cukup mudah, ikuti saja plakat yang ada dan jalurnya itu adalah mengikuti jalur air menuju ke atas. Itu saja patokan saya jika diminta kembali mendaki kesana.
Terima Kasih, Salam Lestari.
0 Comments